Sekolah Jurnalisme Official Website | Members Area : Register | Sign in

Jumat, 30 April 2010

Survey: Masa Depan Jurnalis Online Lebih Jelas


Jurnalis yang bekerja online lebih optimis tentang masa depan profesi mereka daripada jurnalis yang terikat dengan platform media tradisional. Menurut survei terbaru Asosiasi News Online diproduksi oleh Pew Research Center’s Project for Excellence in Journalism para jurnalis online juga berkeyakinan bahwa internet akan mengubah nilai-nilai fundamental jurnalisme menjadi lebihbaik dari kondisi media tradisional.


Overall, the online journalists surveyed are less likely to think journalism is headed in the “wrong direction” than are journalists from legacy media. They are also more confident than they are pessimistic that online news will find a self-sustaining revenue model.

Contrary to current economic trends in the news industry, most report staff increases and are seeing their sites turn a profit—though this is still heavily influenced by how costs are accounted for.

But these economic hopes, while encouraging, are still largely pinned on Web advertising, whose revenues in news began flattening out in 2008.

When it came to the impact of the Internet on values, the most cited change was a loosening of standards and more carelessness in online news gathering.

Those journalists surveyed, who come largely from websites linked to legacy media, also believe the Web is changing the fundamental values of the journalism—mostly for the worse. In particular, they are worried about declining accuracy, in part due to the emphasis online that news organizations are putting on speed and breaking news.

But not all of the changes were considered worrisome. Some journalists praised the growing diversity of voices, the potential of technology, and in some cases, even the move toward more overtly ideological points of view at news sites.

“I think there’s a huge potential in online journalism, but there’s also a lot of scary stuff out there . . . We have to try to not lose our way,” said one member who, as a part of a three-person operation, does everything from handling tech problems to social media posts to original reporting.

“It’s a good feeling to work in a part of the industry that has hope for the future,” offered another.

These are some of the findings of a survey of nearly 300 members of the Online News Association (ONA), produced jointly with the Project for Excellence in Journalism (PEJ), which drafted the questionnaire. Princeton Survey Research Associates administered the survey.

The findings represent the first-ever survey of journalist members of ONA, the largest organized association of digital journalists.1 The majority of those surveyed work for websites tied to legacy media and most have more than 11 years experience in a newsroom setting.

We do not assume that these results represent the views of all of people in new media, but 10-year-old ONA, with nearly 1,800 members, offers useful insights into how digital journalism is being practiced.

Among the findings:

*A solid majority of those surveyed (57%) say the Internet is “changing the fundamental values of journalism.” The biggest changes, the respondents said, were a loosening of standards (45%), more outside voices (31%) and an increased emphasis on speed (25%).

*When asked what online journalism is “doing especially well these days,” more named aspects of technology like using advancements well (31%) or speed (30%) than named reporting skills like improving storytelling (16%) or exploiting the potential for greater depth (12%).

*Six in 10 (63%) of respondents ranked original reporting as the most important type of information they produce. This was more than four times as much as the second-most important information type: aggregated material from wires and other legacy outlets (13%).

*For the most part, online journalists say they have been spared the kinds of staff cutbacks their legacy brethren experienced in 2008. Many (39%) reported staff increases compared with a year earlier. Another third said their staff numbers have remained the same. Less than a quarter (23%) saw staff decreases.

*Despite current trends, most of these online journalists are pinning their hopes in the future on advertising. Roughly two-thirds of these online journalists predicted advertising would be the most important form of revenue at websites three years from now. Only a quarter of respondents named some other new revenue model.

You can read again here
Baca


Kamis, 29 April 2010

Undangan Menulis


Sekolah Jurnalisme Lampung mengundang Anda (jurnalis maupun bukan jurnalis) menulis liputan jurnalistik tentang realitas kehidupan masyarakat Lampung dari segala dimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan hak asasi manusia yang bernuansa human interst untuk website berita yang kami kelola. Sementara kami menggunakan www.sekolahjurnalistiklampung.blogspot.com.


Boleh membuat tulisan berkepanjangan (tak dibatasi) asalkan berkaitan dengan tema liputan. Semua tulisan akan diseleksi Tim Editor dari kalangan jurnalis, praktisi, dan dosen untuk meneliti kelengkapan isi karya jurnalistik dari aspek Code of Journalism.

Kami memiliki motto: "Semua hal dapat dibuat jadi karya jurnalistik, tetapi tidak semua tulisan merupakan karya jurnalistik".

Setiap tulisan yang kami muat, akan kami beri honorarium yang pantas. Penulis yang karyanya kami muat akan kami nobatkan sebagai kontributor dan memperoleh hak siar atas karya-karya jurnalistiknya.

Sekolah Jurnalis Lampung merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan jurnalistik sekaligus institusi sindikasi penulisan yang menyediakan ragam feature dan liputan jurnalistik mendalam tentang segala sesuatu berkaitan dengan kehidupan masyarakat di Provinsi Lampung.

Kami melayani permintaan user dari kalangan pengelola media massa cetak berupa surat kabar, majalah, tabloid, buletin, jurnal, buku yang ada di Provinsi Lampung maupun di luar Provinsi Lampung.

Semua tulisan diketik 1 spasi, dikirim dalam file terpisah ke email Sekolah Jurnalisme Lampung sj.lampung@yahoo.com. Anda berhak menggunakan nama alias. Terakan biografi lengkap, alamat, nomor telepon atau email yang bisa kami hubungi, dan nomor rekening untuk pengiriman honorarium.

Hak siar atas karya jurnalistik Anda yang dimuat di website ada pada Anda.

Baca


Samsat Corner, Mengutif Pajak di Supermarket


Samsat Corner memutus rumit dan bertele-telenya birokrasi pembayaran pajak kendaraan bermotor.



Budi Hutasuhut | Dipublikasikan di Tabloid Lantas edisi Minggu III April 2010

Hampir sejam Sumarni (54) dan suaminya, Marzuki (57), keliling di dalam lingkungan Supermarket Chandra Tanjungkarang, Kamis (22/4), untuk mencari kantor Samsat Corner. Penduduk Way Laga, Panjang, itu nyaris putus asa dan batal membayar pajak sepeda motornya. “Untung ada petugas satpam untuk bertanya,” kata Sumarni saat ditemui di depan Samsat Corner Chandra Tanjungkarang, menunggu jam istirahat petugas selesai.

Samsat Corner berada di lantai dasar Supermarket Chandra Tanjungkarang, tersembunyi di tempat parkir sepeda motor. Sebuah ruang berukuran 4x6 meter, berkaca rayband dan hanya ada tulisan Samsat Corner pada neon box sebagai petunjuk bahwa tempat itu bukan out let pedagang.

Tidak ada petunjuk lain di halaman Supermarket Chandra Tanjungkarang, sehingga mereka yang belum pernah ke sana akan kesulitan mencarinya.

Sumarni dan suaminya berpengalaman soal betapa sulit mencari lokasi tempat pembayaran pajak kendaraan bermotor itu. Sempat ke lantai dua Supermarket Chandra karena tidak ada petunjuk dimana lokasi Samsat Corner, suami istri yang jarang keluar dari kampungnya yang terpencil, akhirnya mestinya melihat-lihat barang yang dijual di super market itu.

“Saya baru dengar kalau di sini bisa bayar pajak motor. Mending di sini, lebih dekat dari rumah saya,” kata Sumarni.

Selama ini Sumarni membayar pajak sepeda motor ke Rajabasa dan ia harus menghabiskan satu hari penuh untuk mengurus pajak. “Saya dengar di sini bisa lebih cepat,” katanya.

Maryani, wajib pajak dari Rajabasa, mengaku baru pertama membayar pajak di Samsat Corner. Meskipun di daerahnya, Rajabasa, ada kantor pusat Samsat, dan Maryani selalu membayar pajak kendaraan bermotor di tempat itu, tetapi kali ini ia ingin mencoba di Samsat Corner. “Kebetulan saja saya sedang belanja, dan sejak dari rumah memang berniat mau bayar pajak. Rencana awal di Rajabasa, tapi saya coba dulu di sini,” katanya.

Ada empat petugas di Samsat Corner: tiga sipil dan satu polisi. Setiap hari, empat petugas berganti-ganti. Selalu dengan komposisi: tiga sipil dan satu polisi. Keempat petugas duduk menghadap ke pintu, dipisahkan oleh meja pelayanan dengan tempat tunggu wajib pajak yang duduk pada dua jajaran bangku tunggu di dalam ruang ber-AC.

“Di sini tak pernah antre. Kami melayani pembayaran pajak seperti Kantor Samsat lainnya,” kata salah seorang petugas berseragam polisi. “Tapi, tolong, saya tidak bisa memberi informasi. Bapak kan tahu soal itu”

Samsat Corner merupakan program baru dari pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin membayar pajak kendaraan bermotor. Samsat Corner ini berfungsi sebagaimana Kantor Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (Samsat) Provinsi Lampung untuk lebih menggalakan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dengan cara menjemput bola.

Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Lampung, Heru Karwadji, di Bandarlampung, beberapa waktu lalu, mengatakan Samsat Corner bentuk baru dari pelayanan pembayaran pajak kendaraan yang dilakukan di pusat perbelanjaan dan mal. Selain di Supermarket Chandra, Samsat Corner juga hadir di Mal Kartini. “Semua tempat belanja yang banyak dikunjungi wajib pajak akan muncul Samsat Corner,” katanya.

Samsat Corner dibuka di Pusat Perbelanjaan Chandra Tanjung Karang, beroperasi setiap
hari pada saat jam buka mal, yaitu antara pukul 09.00 WIB hingga 21.00 WIB.

"Semuanya tanpa dipungut biaya tambahan, karena jumlah pajak yang akan dibayarkan,
langsung disetorkan sendiri oleh wajib pajak melalui ATM BRI. Samsat Corner melayani segala pembayaran pajak kendaraan roda dua, mini bus, sedan, bus, termasuk perpanjangan SIM, STNK, dan BPKB," kata dia.

Samsat Delivery

Selain Samsat Corner, ada juga program Samsat Delivery. Program ini berupa pengurusan pembayaran pajak kendaraan dengan mendatangi wajib pajak pada wilayah tertentu.

Samsat Delivery adalah bentuk lain dari pelayanan pembayaran pajak, dengan sistem delivery order, atau sistem antar pesan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi. "Apabila ada wajib pajak kendaraan, yang sibuk padahal pajak kendaraannya sudah hampir jatuh tempo, dapat menghubungi call center samsat Lampung untuk minta diurusi pembayaran pajaknya," kata dia.

Pada pelayanan Samsat Delivery, petugas yang dihubungi akan mendatangi wajib pajak dan menerima penyerahan BPKB, atau SIM yang ingin diperbaharui. Kemudian, SIM atau BPKB yang hendak diperbaharui dibawa ke kantor Samsat oleh petugas untuk diproses, dan diberikan kepada wajib pajak pada keesokan harinya.

"Untuk layanan ini, tidak ada biaya tambahan, dan jumlah yang dibayar wajib pajak sama
dengan jumlah yang tertulis di atas Surat Pajak kendaraan," kata dia.

Kehadiran Samsat Corner dan Samsat Delivery diharapkan dapat memotong birokrasi sehingga masyarakat yang ingin membayar pajak merasa dilayani. Dalam sistem yang baru ini, petugas tidak memegang uang tunai, semua pembayaran dilakukan via rekening dengan menggunakan ATM BRI.

Samsat merupakan kerjasama sama meliputi pelayanan untuk menerbitkan STNK dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang dikaitkan dengan pemasukan uang ke Kas Negara baik melalui Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLJJ).

Polri memiliki fungsi penerbitan STNK, Dinas Pendapatan Provinsi Lampung menetapkan besarnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), sedangkan PT Jasa Raharja mengelola Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).


Baca


Pers sebagai Tukang Pos Pemerintah

Pers bagi Gubernur Lampung Sjachroeddin ZP merupakan "tukang pos" pejabat pemerintah. Sebagai tukang pos, pejabat pemerintah harus menyampaikan apa saja kepada pers agar mudah sampai kepada atasannya.

"Pers mampu menyampaikan dan melaporkan apa saja yang dilakukan pemerintah melebihi kemampuan sepucuk laporan yang diberikan seorang pejabat pemerintah kepada atasannya," kata Sjachroeddin ZP saat dicegat wartawan di halaman Gedung Pusiban seusai membuka Seminar Kriminalisasi Pers yang ditaja PWI Cabang Lampung, Senin (28 April 2010).
Baca


Senin, 05 April 2010

Sekolah Jurnalistik Lampung

Sekolah Jurnalistik Lampung sebuah institusi pendidikan jurnalistik yang bermarkas di Lampung. Kegiatannya berupa program-program pelatihan jurnalistik keliling SMP, SMA, dan kampus di seluruh wilayah Lampung.

Institusi ini sudah dibangun dan dikelola kalangan profesional jurnalis dan dosen komunikasi sejumlah perguruan tinggi di Lampung.
Baca