Sekolah Jurnalisme Official Website | Members Area : Register | Sign in

Sabtu, 30 April 2011

Menulis Advertorial

ADVERTORIAL media cetak merupakan tulisan tentang suatu produk barang maupun jasa yang dipublikasikan di media cetak. Setiap pengelola media cetak memberi tajuk yang khas tentang tulisan jenis ini. Ada yang memakai tajuk Infotorial, Society, Beritatorial, Advertorial, Market, Iklan, Advertising, dan lain sebagainya. 

Semua tajuk itu bermakna satu, yaitu tulisan yang menceritakan secara rinci mengenai keunggulan, kelebihan, dan manfaat suatu produk barang atau jasa, sehingga calon kunsumen sangat tertarik untuk mengonsumsi atau menjadi usernya.

Advertorial adalah iklan. Iklan merupakan sumber utama bagi pengelola manajemen media massa. Sebagai iklan, penyiaran advertorial sangat tergantung pada dana. Dana itu dikeluarkan oleh si pemasang advertorial, layaknya pemasang iklan harus mengeluarkan dana untuk memasang iklan produk barang maupun jasa.

Advertorial muncul untuk menyiasati kejenuhan pembaca terhadap iklan-iklan tradisional yang lebih mengesankan menggurui calon konsumen. Sebab itu, tulisan advertorial harus dibuat menarik sehingga pembaca tertarik untuk membacanya.

Koran Tempo, misalnya, menyajikan advertorial yang menarik dan kaya akan pengetahuan baru seperti advertorial terkait pemerintah daerah. Advertorial yang penulisannya sangat bagus sering tidak bisa dibedakan dengan berita pada umumnya. Tapi, advertorial selalu akan menerakan kata “advertorial”. Ini wajib dilakukan para pengelola media cetak agar pembaca tidak merasa dibohongi.

Tempat advertorial bisa di halaman mana saja. Harian Umum Tribun Lampung menyajikan advertorial di halaman depan setiap hari, di kolom satu dan dua bagian bawah. Bagi yang tidak terbiasa akan mengira advertorial itu sebagai berita jenis feature karena isinya mengisahkan tentang pengalaman seseorang setelah menjadi konsumen suatu produk.

Sebagai iklan, advertorial memiliki tarif yang lebih rendah disbanding iklan-iklan formal lainnya. Hal ini dilakukan para pengelola media ceytak sebai service, meskipun kemudian advertorial belakangan menjadi iklan yang sangat favorit dan sumber utama penghasilan pengelola media cetak.

Bagaimana Menulis Advertorial

Advertorial biasanya menjadi tanggung jawab pengelola media. Di setiap manajemen media cetak (tidak selamanya, memang), ada bagian yang khusus menulis advertorial. Tapi, para pemasang advertorial biasanya kurang begitu yakin kepada penulis-penulis advertorial milik manajemen media cetak. Para penulis advertorial acap mengenakan biaya (cash) untuk penulisan advertorial sehingga menambah biaya. Sebab itu, para pemasang advertorial sering menulis sendiri teks advertorialnya.

Menulis advertorial tak semudah yang dibayangkan. Saat menulis advertorial tetap ada kaidah jurnalisme yang harus dihormati. 

Kenapa? Bukankah advertorial hanya membeberkan hal-hal yang bagus dan menghindari hal-hal yang buruk?

Ya, memang. Tapi, sekali lagi, advertorial adalah iklan. Hanya, berbeda dengan iklan display, advertorial terkesan sebagai suatu berita.

Advertorial lebih cocok menjadi bagian dari aktifitas below the line. Seperti target yang ingin diraih oleh kehumasan, dalam artikel sebanyak 3500 karakter, klien mencoba membangun kesadaran merek (brand awareness), citra merek, citra perusahaan (corporate image), atau menyajikan informasi agar pembaca lebih mengenal produk atau jasa yang mereka tawarkan.

Tulisan advertorial ditulis dengan azas positive thinking. Tapi, jangan membuat tulisan yang superlative.

Dalam penulisan advertorial tetap mengusung konsep 5W + 1 H seperti pembuatan berita. 5 W = Who (siapa), What (apa), Where (di mana/lokasi), When (kapan), dan Why (kenapa). Ditambah 1 H sebagai how (bagaimana).

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

1 Comment:

Unknown said...

Kira-kira buku ttg advertorial yg berkaitan dgn jurnalistik, apa ya? Aku lg nyari nih

Posting Komentar